Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching Learning)
Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang
berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
kehidupan jangka panjang. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching Learning adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara
bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di
dalamnya.
Pembelajaran
Kontekstual
atau Contextual Teaching Learning (CTL) mengasumsikan bahwa
secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.
Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu
menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum
pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa
diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di
sekolah.
Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching Learning merupakan satu
konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek
yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pembelajar
untuk membuat kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian
mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.
Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching Learning adalah sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka
terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa
mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka
miliki sebelumnya (Elaine B. Johnson, 2007:14).
Dalam
Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning, ada delapan
komponen yang harus ditempuh, yaitu: (1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang
diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8)
menggunakan penilaian otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66).
Berdasarkan
pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching Learning adalah mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara
bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di
dalamnya.
Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching Learning merupakan konsep belajar yang
membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).
Dari
konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama,
pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua,
pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong agar
siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting
sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan
tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga,
pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong siswa
untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran
Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak hanya mengharapkan siswa
dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak
untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka
dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontekstual:
- Dalam Pembelajaran Kontekstual/Contextual
Teaching Learning pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa
yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
- Pembelajaran yang kontekstual adalah
pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara
deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
- Pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal,
melainkan untuk dipahami dan diyakini.
- Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman
yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai
umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Di
sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah praktis menggunakan
strategi pebelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning.
- Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh
yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
- Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang
tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam
menerapkan ilmu yang dimilikinya.
- Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan
spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang
diajarkan kepada mereka.
- Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di
sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang dan mengaitkannya
dengan kehidupan keseharian mereka.
- Berikan kebebasan kepada setiap anak didik
untuk mengkonstruksi ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak
didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan
dirinya.
- Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri
setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.
- Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam
setiap pembelajaran sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam
belajar di sekolah).
Berdasarkan
penjelasan di atas, berarti pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa
dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks
lainnya. Dengan transfer diharapkan: (a) siswa belajar dari mengalami sendiri,
bukan dari ‘pemberian orang lain’; (b) keterampilan dan pengetahuan itu
diperluas dari konteks yang terbatas (sempit) sedikit demi sedikit; (c) penting
bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu.
Diambil
dan adaptasi dari:
Endah
Ariani Madusari, dkk. 2009. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas